Beranda | Artikel
Beradablah dengan Adab Islami
Selasa, 16 Februari 2016

Khutbah Pertama:

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا .

أَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ:

أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ تَعَالَى وَمُرَاقَبَتِهِ فِي السِّرِّ وَالعَلَانِيَةِ.

Ibadallah,

Bertakwalah kepada Allah ﷻ. Karena takwa adalah sebaik-baik bekal yang dapat menghantarkan seseorang kepada keridhaan Allah ﷻ. Takwa adalah wasiat Allah kepada orang-orang sejak pertama hingga terakhir. Ia juga merupakan wasiat Nabi ﷺ kepada umatnya. Dan juga nasihat para salaf terhadap sesama mereka.

Ibadallah,

Sesungguhnya di antara perkara agung yang diperintahkan syariat Islam adalah perhatian terhadap adab dan akhlak yang mulia. seseorang hendaknyaperhatian dengan perbaikan akhlak. Karena hal ini termasuk perkara yang membuat bahagia dan selamat di dunia dan akhirat. Apa lagi yang bisa menyelamatkan seseorang di dunia dan akhirat selain adab?

Ibadallah,

Hakikat adab adalah mengeluarkan sesuatu yang terpendam dalam diri yang berupa kesempurnaan tekad menjadi sebuah aksi. Allah ﷻ telah menganugerahkan manusia kesempurnaan dengan kadar yang Dia berikan dan bekal yang bisa diandalkan manusia untuk kehidupannya. Dia telah mengilhami, memberikan pengetahuan, petunjuk, dan mengokohnya. Dia telah membantu manusia mewujudkannya dengan mengutus Rasulullah Muhammad ﷺ dan menurunkan Alquran. Semua itu bertujuan mengeluarkan potensi tersebut. Allah ﷻ berfirman,

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا (7) فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا (8) قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا

“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS:Asy-Syams | Ayat: 7-10).

Allah ﷻ mengabarkan bahwa jiwa manusia itu bisa menerima kebaikan dan keburukan. Yang demikian itu sebagai cobaan. Kemudian Allah anugerahkan kesuksesan bagi siapa yang berhasil menjaga kesucian jiwanya. Dia beri kenikmatan dan kedudukan yang tinggi. Karena telah beradab dengan adab yang Dia tuntunkan. Di sisi lain, Dia menghukum dan memberikan kecelakaan pada orang-orang yang mengotori jiwanya. Dia rendahkan dan hukum orang tersebut.

Ibadallah,

Adab adalah sebuah kata yang agung. Karena ia mengumpulkan seluruh kebaikan pada diri seorang hamba. Dan tercermin dalam kehidupan mereka. dalam gerak-geriknya. Dalam diamnya. Saat berbicara atau diam. Dalam setiap keadaan. Ia terwujud dalam baiknya ucapan, amalan anggota badan, dan keyakinan.

Dengan adab jiwa menjadi tertata. Hati menjadi fokus memperbaiki lisan dan perbuatan sesuai dengan nilai-nilai kebaikan. Hati jauh dari hal-hal yang buruk. Anggota badan jauh dari sifat tercela. Dan akhlak jauh dari yang diharamkan.

Dengan adab, tampaklah syiar agama. Syariat ini mudah diterima. Sebagaimana firman Allah ﷻ,

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS:Ali Imran | Ayat: 159).

Allah ﷻ berfirman kepada Nabi ﷺ,

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS:Al-Qalam | Ayat: 4).

Al-Hasan al-Bashri mengatakan, “Itulah adab Alquran.”

Ya, Rasulullah ﷺ telah beradab dengan adab Alquran secara sempurna. Beliau berhias dengan bimbingan dan petunjuk Alquran dengan sebenar-benarnya. Dalam Shahihain, dari Ummul Mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha, beliau ditanya tentang akhlak Rasulullah ﷺ. Beliau menjawab,

كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ

“Akhlak beliau adalah Alquran.”

Yakni Beliau ﷺ beradab dan berakhlak dengan tuntunan Alquran. Beliau menjaga batasan-batasannya. Menjalankan perintah-perintahnya. Dan menjauhi larangan-larangannya. Tidak ada satu pun akhlak dan adab yang ada di dalam Alquran kecuali beliau ﷺ mempraktikkannya. Oleh karena itu, beliau ﷺ menjadi teladan bagi umatnya dalam segala kebaikan.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS:Al-Ahzab | Ayat: 21).

Ibadallah,

Adab itu terbagi menjadi tiga: adab kepada Allah ﷻ, adab kepada Rasulullah ﷺ, dan adab kepada sesama makhluk.

Pertama: adab kepada Allah ﷻ.

Seseorang harus memiliki rasa malu kepada Allah ﷻ. Mengagungkan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Menjaga batasan-batasan-Nya. Dan menerima syariat-Nya dengan perasaan cinta, takut, dan harap.

أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ

“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya.” (QS:Al-Israa’ | Ayat: 57).

Sesungguhnya adab kepada Allah adalah agama ini seluruhnya. Seorang muslim harus beradab dengannya secara lahir dan batin. Dan tidak akan sempurna adab seseorang kepada Allah kecuali dengan tiga perkara: (1) mengenal Allah dengan nama dan sifat-Nya, (2) mengenal agamanya, apa yang disyariatkannya, yang dicintai dan Dia benci, (3) mempersiapkan jiwa untuk menerima kebenaran, mempelajari, dan mengamalkannya.

Kedua: adab kepada Rasulullah ﷺ.

Alquran dipenuhi dengan perintah ini. adab yang paling utama terhadap Rasulullah ﷺ adalah menerima dengan tunduk pada bimbingannya dengan membenarkannya dan tidak boleh mendahuluinya dalam hal perintah dan larangan. Tidak boleh seseorang memerintahkan sesuatu kecuali beliau lebih dulu yang memerintahkannya. Dan tidak boleh seseorang melarang atau melarang sesuatu kecuali yang telah beliau larang. Sebagaimana firman Allah ﷻ,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS:Al-Hujuraat | Ayat: 1).

Yakni jangan kalian mengatakan sesuatu sebelum beliau mengatakannya. Jangan kalian melakukan sesuatu sampai beliau memerintahkannya.

Ibadallah,

Ketentuan ini berlaku hingga hari kiamat. Mendahului Sunnah beliau ﷺ setelah beliau wafat sama saja halnya dengan mendahului beliau ﷺ saat beliau masih hidup.

Ketiga: adab kepada sesama makhluk.

Adalah muamalah yang berbeda-beda disesuaikan dengan yang pantas untuk makhluk tersebut. Setiap makhluk memiliki klasifikasi dan tingkatan. Mereka dimuamalahi sesuai dengan tingkatan tersebut. Misalnya, kepada orang tua. Orang tua memiliki kedudukan khusus. Kepada seorang guru, ada juga adab tertentu. Kepada teman juga demikian.

Demikian pula dalam setiap keadaan ada adabnya. Saat makan ada adabnya. Minum juga ada adabnya. Berkendara, masuk dan keluar rumah, safar, tinggal, terjaga dan tidur, semua ada adabnya. Menunaikan keperluan di kamar mandi ada adabnya. Berbicara ada adabnya. Diam dan mendengar juga ada adabnya. Jadi adab adalah agama itu sendiri. Dengan demikian agama Islam yang lurus ini adalah agama adab yang tinggi. Adab dalam perintahnya yang bijaksana, petunjuknya yang lurus, dan arahannya yang agung.

رَزَقَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ التَأَدُّبَ بِآدَابِ الإِسْلَامِ وَالتَمَسَّكَ بِآدَابِ الشَرِيْعَةِ، وَنَسْأَلُهُ جَلَّتْ قُدْرَتُهُ أَنْ يَرْزُقَنَا وَإِيَّاكُمْ أَحْسَنَ الأَخْلَاقِ وَالآدَابِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا هُوَ، وَأَنْ يَصْرِفَ عَنَّا سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنَّا سَيِّئَهَا إِلَّا هُوَ، وَأَنْ يَغْفِرَ لَنَا وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ .

Khutbah Kedua:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ وَاسِعِ الفَضْلِ وَالجُوْدِ وَالْاِمْتِنَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا.

أَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ:

فَوَصِيَتِي لِنَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ تَقْوَى اللهِ جَلَّ وَعَلَا، فَإِنَّ مَنِ اتَّقَى اللهُ وَقَاهُ وَأَرْشَدَهُ إِلَى خَيْرٍ أُمُوْرٍ دِيْنِهِ وَدُنْيَاهُ .

Ibadallah,

Ketiga macam muamalah ini memiliki ushul (prinsip). Muamalah kepada Allah ﷻ ada prinsipnya. Muamalah kepada sesama manusia ada prinsipnya. Dan muamalah kepada semua makhluk pula ada prinsipnya. Rasulullah ﷺ telah mengumpulkan hal itu dalam satu haditsnya, beliau ﷺ bersabda,

اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَ

“Bertakwalah kepada Allah dimanapun engkau berada, dan hendaknya setelah melakukan kejelekan engkau melakukan kebaikan yang dapat menghapusnya. Serta bergaulah dengan orang lain dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi. Ia berkata: ‘hadits ini hasan shahih’).

Hadits Rasulullah ﷺ ini menjelaskan tentang prinsip pokok muamalah.

Pertama: muamalah kepada Allah.

Prinsip asas tegaknya muamalah ini adalah dibangun dengan pondasi ketakwaan kepada Allah ﷻ dimanapun seseorang berada. Takwa kepada Allah bukan hanya sekadar ucapan lisan. Akan tetapi ia adalah amalan ketaatan berdasarkan petunjuk dari Allah dan dengan mengharap pahala dari-Nya. Serta meninggalkan perbuatan dosa berdasarkan petunjuk dari-Nya karena takut akan siksa-Nya. Dengan prinsip inilah seseorang akan menjadi seorang yang bertakwa.

Kedua: muamalah dengan diri kita sendiri.

Beliau ﷺ menjelaskan prinsipnya adalah dengan “menyusuli perbuatan jelek yang telah kita lakukan dengan perbuatan baik, karena hal itu akan menghapuskan dosanya”. Sabda beliau ﷺ ini menjelaskan bahwa seseorang itu pasti berbuat dosa. Seseorang pasti berbuat dosa karena kelalaiannya. Akan tetapi kita bisa menghadapkan diri kita kepada Allah ﷻ dengan penuh kejujuran. Kita ingin bertaubat. Kemudian memperbanyak amalan taat dengan berharap rahmat dan ampunan-Nya. Inilah makna sabda beliau,

وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا

“dan hendaknya setelah melakukan kejelekan engkau melakukan kebaikan yang dapat menghapusnya.”

Hendaknya seseorang terus-menerus mengerjakan kebaikan dan ketaatan. Kembali dan bertaubat kepada Allah ﷻ.

Ketiga: muamalah kepada makhluk.

Prinsip pokok dari hal ini dijelaskan Nabi ﷺ dalam sabdanya,

وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

“bergaulah dengan orang lain dengan akhlak yang baik.”

Kalimat ini mencakup semua adab dan akhlak. Yakni: jujur, amanah, menepati janji, wajah yang ramah, ucapan yang baik, dll.

Semoga Allah ﷻ senantiasa menjaga kita dalam kebaikan. Menolong kita dalam mengerjakan ketaatan kepada-Nya. Karena kita tidak mampu bersandar pada kemampuan diri kita sendiri walaupun hanya sekejap mata. Semoga Allah memberi kita semua petunjuk untuk berama shaleh.

وَصَلُّوْا رَحِمَكُمُ اللهُ عَلَى إِمَامِ المُتَّقِيْنَ وَخَيْرِ عِبَادِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ : ﴿ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب:٥٦] ، وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا)) ، وَجَاءَ عَنْهُ عَلَيْهِ الصَلَاةُ وَالسَلَامُ اَلحَثُّ مِنَ الإِكْثَارِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَيْهِ فِي لَيْلَةِ الجُمْعَةِ وَيَوْمِهَا .

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَاشِدِيْنَ اَلْأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ .

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ دِيْنَكَ وَكِتَابَكَ وَسُنَّةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعِبَادَكَ المُؤْمِنِيْنَ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا المُسْلِمِيْنَ المُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِكَ فِي كُلِّ مَكَانٍ، اَللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ نَصْراً مُؤْزِرًا، اَللَّهُمَّ أَيِّدْهُمْ بَتَأْيِيْدِكَ وَاحْفَظْهُمْ بِحِفْظِكَ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ، اَللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِأَعْدَاءِ الدِّيْنِ فَإِنَّهُمْ لَا يُعْجِزُوْنَكَ، اَللَّهُمَّ مَزِّقْهُمْ شَرَّ مُمَزَّقٍ، اَللَّهُمَّ خَالِفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَشَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَأَلِّقِ الرُعْبِ فِي قُلُوْبِهِمْ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ، وَاجْعَلْ عَلَيْهِمْ دَائِرَةَ السُوْءِ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ.

اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا، وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، وَأَعِنْهُ عَلَى البِرِّ وَالتَّقْوَى، وَسَدِدْهُ فِي أَعْمَالِهِ وَأَقْوَالِهِ وَأَلْبِسْهُ ثَوْبَ الصِحَّةَ وَالعَافِيَةَ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعِ سُنَّةِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَاجْعَلْهُمْ رَحْمَةً عَلَى عِبَادِكَ المُؤْمِنِيْنَ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذَنْبَنَا كُلَّهُ دِقَّهُ وَجِلَّهُ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ سِرَّهُ وَعَلَّنَهُ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا مَا قَدَّمْنَا وَمَا أَخَّرْنَا وَمَا أَسْرَرْنَا وَمَا أَعْلَنَّا وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنَّا، أَنْتَ المُقَدِّمُ وَأَنْتَ المُؤَخِّرُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارِكْ وَأَنْعِمْ عَلَى عَبْدِهِ وَرَسُوْلِهِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. .

Oleh tim KhotbahJumat.com
Artikel www.KhotbahJumat.com

Print Friendly, PDF & Email

Artikel asli: https://khotbahjumat.com/3863-beradablah-dengan-adab-islami.html